Jumat, 22 Desember 2017

# Read me!

Karena Aku Muslimah, akan Ku Bela Islam

Notulensi Diskusi Online Akhwat (DOA#4)
22 Desember 2017

 

Presented by : 
Bidang Perempuan KAMMI Daerah Surabaya

Moderator : 
Marifah Azzahra
Sekdep Kajian Strategis (Kastrat) Komisariat Airlangga

Pemateri :
Sinta Yudisia Wisudanti, M. Psi
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 18 Februari 1974
Pendidikan terakhir : STAN – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta
Psikologi –UNTAG (univ.17 Agt) Surabaya’’
Magister Psikologi Profesi UNTAG

Seorang Istri, Ibu 4 orang putra-putri, Ketua Forum Lingkar Pena (FLP), penulis
(lebih dari 50 buku diterbitkan), pakar pendidikan parenting, psikolog, dll

* * * * *
Apa saja peran muslimah ?
Menurut pendapat para peserta diskusi :
1. Madrasah ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya
2. Memberikan manfaat bagi orang lain dan senantiasa berusaha menjadi orang yang mampu
3. Mendedikasikan diri dengan mengambil peran yang sesuai dengan potensi diri di lingkungan dan
masyarakat luas.
4. Setiap Muslimah mengajak kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat. Mendedikasikan
diri kepada umat sesuai dengan kemampuan, profesi masing-masing. Bermanfaat bagi orang di
sekelilingnya
5. Peran Muslimah itu yg bisa menahan emosi walaupun emosi itu sudah di ujung, karena sejatinya
muslimah itu cerminan wanita yg paling baik
6. Menjadi partner terbaik bagi laki-laki untuk menciptakan generasi unggul yang mengagungkan asma
Allah
7. Sebagai anak (yang senantiasa berbakti kepada kpd orang tua dalam koridor taat kepada Allah)
8. Sebagai istri (penyejuk hati suami, peneguh dakwah suami, penguat langkah suami dll)
9. Sebagai ibu (madrasah bagi anak-anak dalam cakupan yg lebih luas. Bukan sekedar anak sendiri)
10. Sebagai da'i (turut menyerukan kebaikan, mencegah kemungkaran)
11. Apapun status muslimah, baik masih sendiri atau sudah doble alias menikah, serta apapun
profesinya baik memilih sbg ibu rumah tangga atau memilih berkarir tetap memiliki peran.
12. Bagi wanita yang belum menikah peranannya berbakti kpd org tua; wanita saat sudah menikah
menjadi istri dan ibu yang baik; menuntut ilmu untuk madrasah bagi anak juga berkarir dan
berkontribusi untuk ummat dan membela agama Allah sesuai dengan fitrahnya
13. Mampu menjaga iffah dan izzahnya. Selalu menundukkan pandangan baik sebelum dan sesudah
menikah

* * * * *
Karena Aku Muslimah, akan Ku Bela Islam
(Oleh : Sinta Yudisia, M.Psi)

Pada hakekatnya, Islam akan jaya dengan sendirinya. Islam tidak butuh kita, tetapi kitalah yang butuh Islam. Bila ummat Islam tak ingin membela agamanya, Allah dan bala tentaraNya sendiri yang akan membela kemuliaan Islam. Justru, karena kita ingin mendapat pertolongan Allah Swt dalam berbagai hal maka kita membela agamaNya. Dengan cara bagaimana?

Sebagai seorang muslimah, ada banyak cara untuk melakukan bela Islam :

1. Menimba ilmu berkesinambungan. Ilmu yang mumpuni akan sanggup memberikan hujjah kuat bagi ummat Islam sendiri maupun orang-orang yang menyerang Islam. Misal, seorang dokter akan dapat menjelaskan dengan baik mengapa perempuan Islam dapat tetap sehat sekalipun beranak banyak; di tengah kepungan pendapat yang mengatakan seorang perempuan di zaman modern tidak baik memiliki banyak anak.

2. Menunjukkan pembelaan Islam dengan cara yang ahsan. Banyak sekali aksi bela Islam seperti 212 dan aksi Palestina yang butuh dukungan kaum muslimin. Bisa dengan hadir di tempat kejadian, bisa meliput acara, bisa membagi berita dan seterusnya. Ummat Islam harus terus membela agamanya dan tidak terprovokasi untuk melakukan pembelaan dengan cara yang tidak ahsan. 

Kurang tepat jika seorang muslimah dipandang sebagai sosok yang lemah dan tidak memiliki power. Secara fisik misalnya. Khaulah, adik Khalid bin Walid dulu ikut perang melawan Romawi. Mumtaz Mahal, istri syaikh Jahan di zaman dinasti Mughal, melahirkan 13 anak dan selalu mendampingi suaminya berperang, hidup dari tenda ke tenda. Sekarang, perempuan Palestina melahirkan banyak anak untuk mempersiapkan generasi Robbani. Mereka mungkin tidak langsung ikut ke medan perang, tapi mempersiapkan bahan bakunya, itu tak kalah penting. Artinya, kemungkinan fisik perempuan lemah sehingga tidak bisa memanggul senjata seperti Kahulah binti Walid. Tetapi di belakang layar, peran perempuan tak kalah pentingnya.

* * * * *

Sesi tanya jawab :

1. Alifah 
Bagaimana hukum islam tentang perayaan hari ibu yang jatuh pada hari ini ? Padahal kan setiap hari adalah hari untuk ibu. Terima kasih.
Jawab : 
Hukum muamalah pada dasarnya boleh, kecuali nanti muncul syariat yang mengharamkan. Misal jualbeli itu boleh, kecuali nanti ada keterangan yang lain. Begitupun perayaan yang merupakan bagian dari urf, adat istiadat. Selama tidak menimbulkan syirik, tabdzir, diperkenankan. Mengenai hari Ibu hingga saat ini beluma da fatwa MUI yang mengharamkan seperti perihal selamat Natal ya. Di Indonesia hari Ibu diputuskan oleh bung Karno dulu.

2. Dini
Bagaimana menurut Ibu mengenai peranan wanita dalam parlemen atau ranah strategis dalam pemerintahan. Bagaimana sebenarnya Islam memandang? Banyak yang mengkritisi bahwa peranan wanita di pemerintahan masih minim. Sebenarnya bagaimana kondisi ideal yg sesuai?
Jawab :
Islam mengizinkan perempuan berkiprah di segala segmen, dengan mempertimbangkan batas-batas syariat. Dalam kasus darurat, bahkan perempuan boleh menjabat. Perempuan yang punya kapasitas memimpin, diiznkan untuk memangku jabatan. Sri Mulyani misalnya. Beliau perempuan cerdas dengan IQ 157 yang dapat membawa solusi bagi kemelut keuangan di Indonesia. Perempuan perlu berkiprah di ranah publik, selama ia memiliki kemampuan dan dukungan dari orangtua/suami dan keluarga. Mengapa perempuan juga perlu di parlemen? Sebab parlemen juga butuh sumbangsih pemikiran dan sentuhan perempuan. Departeman anak, perempuan, kesehatan; seringkali dipegang perempuan. Kesehatan misalnya. Sebab yang paling terkena imbas dari buruknya fasilitas kesehatan adalah anak dan perempuan.
Saya punya teman di parlemen yang bercerita, perempuan memberikan taste tersendiri. Sebab ketika PEMDA memutuskan membangun pusat perbelanjaan misalnya, bila ada anggota dewan perempuan yang terlibat, akan memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya seperti bagaimana menciptakan taman yang ramah anak, bagaimana agar mall aman buat lansia (mengingat sekarang banyak lansia tinggal sendiri), bagaimana agar mall bisa menjadi pusat hiburan keluarga dan bukannya sekedar belanja konsumtif.

3. Fida
Hakikatnya muslimah itu sangat sensitif perasaannya, kadang emosi tidak terkontrol. Juga, mudah sekali iba. Bagaimana caranya mengontrol perasaan itu di tengah-tengah era jaman seperti ini, Bu?
Jawab :
Sensitifitas perempuan sebetulnya menjadi ciri khas yang positif, asal tahu menempatkannya. Seorang ibu dan istri, dibutuhkan kehadirannya karena sensitif. Bisa merasakan kesedihan, kemarahan, galaunya orang lain termasuk pikiran resah yang sedang bersemayam di benak suami dan anak-anaknya. Itu sensitifitas perempuan. Jeleknya? Bila perempuan membawa perasaannya di ranah yang seharusnya diputuskan dengan rasio, misal dunia pekerjaan. Cara mengatasinya adalah dengan terus mengasah skill untuk bertindak matang, tidak tergesa, berpikir ulang dan mencoba untuk terus mengevaluasi kinerja hari itu.

4. Jega Arufa
Sebagai seorang ibu, bagaimana tahapan mendidik / cara mendidik anak usia balita agar dalam jiwanya tertanam kepedulian untuk saudara muslim yang sedang diberikan ujian oleh Allah di Bumi Al Aqsa.
Jawab : 
Untuk anak balita, anak usia ini masih butuh banyak pembelajaran motorik dan sensorik. Maka, diperdengarkan lagu-lagu tentang Palestina, diperlihatkan foto-foto tentang Jerusalem, kompleks Al Aqsho, bendera Palestina dan Indonesia; akan menjadi pembelajaran efektif insyaallah.

5. Melinda (PPNS)
Apa tantangan muslimah di masa depan menurut Ammah Sinta, jika dilihat dengan kondisi islam di masyarakat dunia? Dan apa saja yang sekiranya perlu kami persiapkan, Ammah?
Jawab :
Tantangan muslimah era sekarang
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Melipatgandakan skill
Dalam buku Accelerated Learning karya Collin Rose dan Malcolm Nicholl dirumuskan, mereka yang tidak punya ketrampilan lebih dari satu akan terlibas. Orang harus memiliki ketrampilan 2, 3 bahkan lebih. Misal, penyanyi. Kalau hanya nyanyi saja dia akan cepat pudar seiiring usia. Maka biasanya dia nulis buku, buat cafe, buat butik. Dia tidak hanya belajar nyanyi tapi belajar enterpreneurship. Dai dan daiyah bukan hanya hafal Quran dan Hadits. Tapi belajar berbisnis, belajar parenting; sebab ia akan diminta bicara di depan khalayak terkait hal-hal kekinian. Seorang muslimah harus punya beberapa ketrampilan. Ia harus kuliah akademis bila mampu, lalu memiliki ketrampilan lain sesuai minat bakat. Boleh busana, boleh tata boga, boleh ketrampilan di medsos dengan menjadi influencer dan endorser dan seterusnya. Satu lagi yang saya tekankan setiap saya mengisi materi : belajarlah bahasa. Para negarawan kita dahulu menguasai 7, 9, belasan bahasa. Buya Hamka, Agus Salim, Bung Karno, dll. Sehingga mereka siap go international. Perbaiki kemampuan bahasa Inggris, Arab, Korea, Jepang dll. Ketika dakwah memanggil, kita akan siap berangkat ke negeri manapun. 

6. Fatiha
Kita sebagai muslimah nantinya akan menjadi mardrasah ula bagi anak-anaknya kelak, maka dari itu kita kuliah mencari ilmu dan pengalaman. Namun, ada beberapa pemikiran laki-laki yang mungkin tidak menerima dengan pendapat wanita itu harus berpendidikan tinggi. Bagaimana cara kita menyikapi pemikiran seperti itu ? Dan bagaimana cara menjelaskan dengan benar bahwa kita muslimah tidak punya niat untuk menyandingi laki laki dalam bekal mencari uang?
Jawab :
Untuk apa perempuan berpendidikan tinggi?
a. Agar ia bisa menjadi pendamping suami ketika kelak suaminya pun semakin meningkat jabatan karirnya. Seorang lelaki akan semakin mapan di usia 25, 30, 35, 40 tahun. Lelaki bebas menempuh pendidikan kapanpun sementara perempuan biasanya di usia 25 tahun mulai mempersiapkan pernikahan dan keluarga; maka alangkah bagusnya bila sebelum menikah menempuh pendidikan setinggi mungkin agar ketika berumah tangga bisa konsentrasi mengurus keluarga.
b. Pendidikan tinggi bukan hanya bertujuan cari uang. Tapi untuk meningkatkan kapasitas diri agar mampu mendidik anak dengan baik, agar dapat jadi teman bicara yang sepadan dengan suami
c. “Kamu kuliah supaya mahir cari uang?” Bukan, saya kuliah supaya saya pintar jadi istri dan ibu. Hanya perempuan ‘pintar’ yang bisa mengoptimalkan tumbuh kembang anak, mengatur pos-pos keuangan dan menjalin komunikasi hangat dengan suami
d. Andai nanti perempuan terpaksa bekerja; misal : suami dapat beasiswa ke luar negeri/luar pulau, sementara jumlah beasiswa tak mencukupi, maka perempuan diharapkan dapat berkontribusi. Pendidikan yang mencukupi akan sangat membantu mendukung karier suami dari belakang

7. Yuni (UB)
Adakah tips untuk memastikan lingkungan kita mendukung dalam peran kita membela Islam? Supaya kelak menanamkan jiwa bela Islam bagi keluarga atau keturunan lebih mudah.
Jawab :
Salah satu ketrampilan yang harus dilakukan adalah environmental mastery, kemampuan mengendalikan lingkungan. Kita tidak bisa berharap lingkungan terus mendukung kita sebab belum tentu lingkungan paham.
Siapa lingkungan itu?
Adalah orang-orang di luar diri kita : suami, anak, orangtua, tetangga, pembantu, mertua, sudara ipar, teman , teman medsos dst. Kalau mereka belum mampu mendukung dakwah kita supaya kita mampu membela Islam secara optimal; kewajiban kita mendidik lingkungan.
Cara mendidik lingkungan adalah terus menerus membangun komunikasi positif dengan semua pihak. Misal ortu belum mendukung, tidak perlu pakai doktrin dogmatis yang berkata : ini wajib, ini harus! Mau demo Palestina, kita bisa katakan akan mendengar tabligh akbar, kalau orangtua belum setuju kita berdemo. Di luar aksi demo, kita harus terus membuka diri untuk berdiskusi dengan orangtua atau pihak-pihak di lingkungan kita. Memang butuh waktu dan tidak mudah, tetapi harus dijalani. 

* * * * *

Kesimpulan 
Peran Muslimah dalam membela Islam yaitu kita harus terus membela agama ini agar mendapatkan keberkahan dan pertolongan Allah Swt. Lakukan apa yang kita bisa. Jadilah pribadi yang excellent, jangan menjadi orang yang setengah-setengah. Berikan kemampuan terbaik kita untuk menjadi prajurit Islam di segala sektor. (Sinta Yudisia)

Tidak ada komentar: