“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (QS. At-Taubah : 20)
Salam semua! Bismillah. Kali ini kita akan bahas tentang “Hijrah
Kudu Kuat”. Emm, emang harus ya kita hijrah? Hijrah itu berat, aku gak akan
kuat. Biar kamu saja. Lah, belum dilakuin kok udah bilang gak kuat? Emang
gimana sih hijrah itu? Sebelum membahas lebih jauh dan lebih mendalam sedalam
palung kalbu, kita kupas satu persatu yuk!
hijrah /hij·rah / 1 n
perpindahan Nabi Muhammad saw. bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke
Medinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir
Quraisy, Mekah; 2 v berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari
suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu
(keselamatan, kebaikan, dan sebagainya);
kudu adalah bahasa sunda yang artinya Harus
(Sumber : https://kitabgaul.com/word/kudu)
kuat/ku·at/ a
1 banyak tenaganya (gayanya, dayanya); mampu mengangkat (mengangkut dan
sebagainya) banya-; 2 tahan (tidak mudah patah, rusak, putus,
dan sebagainya);
3 tidak mudah goyah (terpengaruh); teguh (tentang iman, pendirian,
kemauan, dan sebagainya).
So, kesimpulan dari Hijrah Kudu Kuat berarti berubah ke arah
yang lebih baik dan harus tidak mudah goyah. Hijrah pada awalnya berat, apalagi
jika kadar keimanannya masih lemah. Perlu adanya asupan ilmu secara
berkelanjutan alias upgrade keimanan.
*****
Apa saja yang bisa bikin orang kuat berhijrah?
Nih, ada beberapa tips yang insyaAllah bikin kita semakin mantap
dan kuat berhijrah :
1. Niat yang Kuat
Hal
yang paling penting dan paling utama adalah niat yang kuat. Bahkan di dalam
Kitab Hadits Arbain An-Nawawi, bab pertama yang dibahas adalah tentang niat dan
ikhlas. Sekecil apapun amal kita jika bukan niat karena Allah, tidak diterima.
Misal “Aku mau dateng ke kajian itu ah, soalnya ada si doi.” Niat yang kayak
gini udah nyimpang, maka luruskan niat ya kawan :)
Dalam
Kitab Hadits Arbain An-Nawawi, bab pertamanya sebagai berikut.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs
Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya
atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana)
yang dia niatkan.”
(Riwayat
dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah
bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al
Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang
paling shahih yang pernah dikarang) .
2. Berguru kepada
yang Sudah Tau
Belajar ilmu itu harus
lewat guru. Sebab kalau tanpa guru, memang bisa saja seseorang tersesat, karena
salah paham atau salah mengerti. Murid
yang punya guru saja kadang-kadang masih belum paham pelajaran dengan sempurna,
apalagi mereka yang belajar agama tanpa guru. Mungkin bisa keliru dan jauh
melenceng dari kebenaran.
Nah
sarana-sarana yang kita gunakan tidak cukup hanya dari ilmu online,tidak
cukup hanya lewat media sosial berupa ceramah online. Sarana-sarana yang bisa
kita gunakan adalah dengan langsung hadir ke majelis ilmu agar terasa
keberkahannya, berupa kajian-kajian, tabligh akbar, bedah buku, bedah kitab dan
lain-lain. Bisa juga kita dengan hadir di majelis ilmu yang rutin per pekan,
misalnya mentoring atau liqo yang biasanya dipandu oleh seorang mentor. Mentoring,
Liqo, atau Halaqoh ini memang bukan untuk mencetak dosen, penceramah. Tapi
untuk mencetak Rijaal. Melahirkan generasi Quran yang unik, istilah Sayid Qutub,
Al Jail Al Quraniy Al Fariid. Teknis mentoring atau liqo ini fokus
pembinaan di dalamnya, bagaimana membangunkan iman dan menjaganya, hingga hidup
dan menggelora dalam kehidupan nyata, sederhana saja.
3.
Bergaul dengan Orang-Orang Sholeh
Pasti udah pada tau kan, lagunya
Opick yang Tombo Ati. Ya, tombo ati yang ketiga adalah dengan bergaul
dengan orang-orang sholeh. Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang
kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga
tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan
bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam
sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang
peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai
besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau
tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534
dan Muslim 2628)
Dengan bergaul dengan
orang-orang yang sholeh, saat lalai kita akan saling menasehati dalam kebenaran
dan dalam kesabaran, sesuai dengan yang termaktub dalam QS. Al-Ashr. Pada hari
akhir nanti, orang yang sholeh saling memberi syafaat atau saksi kebaikan satu
sama lain.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis
yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang
syafaat di hari kiamat,
“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi
Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam
memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang
berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami,
mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan
juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.”
Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.” Para mukminin
inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang
dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu
lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk
dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.” Allah berfirman, ”Kembali
lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.” Maka
dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian
mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang
yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).
MasyaAllah,
kan :)
4. Sering Main ke Masjid
Masjid adalah
pusat peradaban. Kalau bisa masjid dimakmurkan, diramaikan dan jadi pusat
kegiatan. “Insya Allah siapa yang mengharapkan end last love dan true
love, tempatnya di masjid.” –Ust. Hanan
Attaki-
5. Ingat Mati
“Ingat mati, ingat sakit. Ingatlah saat kau sulit. Ingat
ingat hidup cuma satu kali.” –Wali Band-. Salah satu cara agar kita selalu
ingat bahwa kita pasti akan kembali kepada-Nya, adalah dengan ziarah kubur.
Ziarah Kubur? Bukannya ziarah kubur itu bid’ah? Eitsss, tenang dulu, kita harus
tau sejarah dan asal-usulnya dulu.
Perlu
untuk diingat bahwa ziarah kubur pada mulanya dilarang sebelum akhirnya
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan untuk melakukannya.
Larangan tersebut memang sangat beralasan karena masalah kubur memang sangat
rawan akan bahaya kesyirikan yang itu merupakan lawan dari dakwah beliau dakwah
tauhid. Selain itu pada masa awal berkembangnya Islam kondisi keimanan para
shahabat masih dalam tahap pembinaan, jadi sebagai tindakan preventif sangat
wajar jika beliau melarang kaum muslimin melakukan ziarah kubur. Bahkan ketika
para shahabat telah menjadi orang mukmin pilihan beliau masih tetap saja
memperingatkan mereka dari bahaya kubur, sebagaimana tercermin dalam sabda
beliau menjelang kewafatannya:
“Laknat Allah kepada orang-orang
Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai
masjid.”
Peringatan tersebut tentunya juga
ditujukan kepada kita semua selaku umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang sudah berada jauh dari generasi shahabat, apalagi jika aqidah kita
masih sangat pas-pasan bahkan cenderung masih lemah. Jangan sampai izin yang
diberikan Rasulullah justru menjadi bumerang yang berbalik membinasakan kita.
Bukannya pahala ziarah yang didapat namun malah terjurumus dalam jurang dosa
bahkan dosa yang tak terampunkan yakni syirik, naudzu billah min dzalik.
Nah, setelah ditempa ilmu tauhid
dan aqidah oleh Rasulullah, sahabat-sahabat sering disuruh ziarah kubur agar
selalu mengingat kematian. Ziarah kubur memiliki banyak
hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah:
·
Pertama: Ia
akan mengingatkan akherat dan kematian sehingga dapat memberikan pelajaran dan
ibrah bagi orang yang berziarah. Dan itu semua tentu akan memberikan dampak
positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi.
·
Kedua:
Mendo’akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan
memohonkan ampunan untuk mereka.
·
Ketiga:
Termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya.
·
Keempat: Untuk
mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang
dilakukan.
Hikmah
ziarah kubur ini juga tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” Dulu aku melarang kalian semua
berziarah kubur, maka (sekarang) ziarahilah ia.” Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Karena sesungguhnya ia
mengingatkan kepada kematian, dan dalam riwayat At Tirmidzi: “Karena
sesungguhnya ia mengingatkan kepada akherat. “
Nah, itu tadi
beberapa tips buat kita kuat berhijrah. Sebenarnya masih banyak lagi tips-tips
yang lain untuk tambah semangat dan kuat berhijrah, yang bisa temen-temen
dapatkan di majelis-majelis ilmu lainnya. Yuk mulai sekarang kurangi alasan,
perbanyak tindakan kebaikan. Semoga bermanfaat. :) #HijrahKuduKuat.
–snpa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar