Guys, sudah pernah dengar cerita tentang Kisah Alqomah?
Siapakah dia? Kalau belum tau, yuk, kita simak cerita di bawah ini ;)
Semoga bermanfaat :)
Para sahabat dilanda dukacita,
seorang rekan mereka bernama Alqomah
berada dalam sakit payah. Ia adalah sahabat Nabi yang amat setia. Sekujur
tubuhnya penuh dengan bekas luka akibat melindungi Rasulullah dalam berbagai
pertempuran. Yang membuat para sahabat bersedih bukan karena sakitnya Alqomah,
tetapi detik-detik sekaratnya yang memilukan, mulutnya terkaup rapat, tidak
mampu mengucapkan sesuatu kecuali dengan erangan kesakitan.
Para sahabat telah mengajarinya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun
lidahnya sangat kelu bagi kalimat suci itu. Para sahabat cemas, jangan-jangan Alqomah mengakhiri hidupnya tanpa
sebutan Allah di bibirnya. Bukankah malapetaka terbesar atas seorang muslim
jika di akhir hayatnya tidak terungkap keesaan Allah? Bukankah hal itu
merupakan tanda bahwa amal kebaikan bakal sia-sia?
Salah seorang sahabat lalu
mendatangi Rasulullah dan menceritakan musibah Alqomah, Nabi cepat-cepat
berangkat untuk menangani sendiri derita yang menimpa sahabat setianya itu.
Dengan sabar beliau membisikan kalimat tauhid ke telinga Alqomah sambil
berpesan, “Alqomah, bertaubatlah kepada Allah, dan sebutlah nama Rabbmu",
Namun Alqomah tetap membisu, hanya nafasnya yang menunjukan bahwa ia masih bisa
memahami ucapan Nabi. Sampai tiga kali Rasulullah mengulangi bisikannya, tetapi
saja Alqomah tidak sanggup menirukannya, Cuma biji matanya yang berputar-putar.
Rasulullah tidak lagi meneruskan
ucapannya; beliau menoleh kepada para sahabat dan bertanya, "Apakah kalian
tahu, masihkah Alqomah punya orang tua? Aku curiga, mungkin Alqomah pernah
berbuat durhaka dan orang tuanya tidak ridho kepadanya, sebab, jangan harapkan
akan turun ridho Allah jika tidak memperolah ridho dari orang tuanya."
Salah seorang sahabat berkata, "Ayahanda sudah meninggal, tetapi ibunya
masih ada". "Dimana rumahnya? "tanya Nabi... Sahabat yang lain
menceritakan,"Ibu Alqomah bermukim dalam sebuah gubuk di kampung
sebrang".
Nabi lantas memerintahkan Ali dan
Bilal untuk mencari ibu Alqomah serta mengemukakan nasib yang menimpa anaknya
agar dengan demikian, ibu Alqomah bersedia memaafkan segala kesalahan anaknya.
Ali dan Bilal agak terbentur kesulitan untuk menemukan rumah yang terpencil
itu, mereka baru mendapat keyakinan, setelah seseorang menegaskan, bahwa gubuk
yang nampak kumuh dari luar itu benar-benar ibu Alqomah. Sesudah mengetuk
pintu, Ali dan Bilal kian terpengah, ternyata ibu Alqomah sudah tua renta dan
bungkuk.
"Betulkah nenek ibu
Alqomah?" Ali dan Bilal bertanya. Nenek itu menggeleng, "Bukan. Saya
bukan ibu Alqomah." "Tetapi orang sebelah mengatakan, gubuk ini ibu
Alqomah," sanggah Ali. "Saudara mau percaya kepada siapa? Kepada
tetangga sebelah, atau kepadaku yang tinggal dirumah ini?
Sebelum Ali dan Bilal sempat
bertanya lagi, nenek itu mengatakan,"Dulu,Alqomah memang anakku. Dulu,
waktu ia dalam kandunganku. Dulu, waktu aku melahirkan dengan susah payah. Dulu
waktu ia kelaparan, aku yang menyuapinya serta memberinya air susu dari
sisa-sisa kelelanku. Tetapi sekarang? Alqomah bukan anakku lagi!"...Bilal
dan Ali saling berpandangan, mereka bagaikan ditimpa gunung besi, tidak bisa
berbuat apa-apa, bahkan tidak bisa berpikir apa-apa, akibatnya mereka tidak
mampu berkata sepatah katapun.
Nenek itu menerawang jauh, wajahnya
berubah mendung..."Sesudah Alqomah dewasa dan punya istri, ia bukan anakku
lagi...Alqomah terlalu sibuk dengan urusannya, terlalu gandrung terhadap
bininya, sampai tidak punya waktu untuk berkunjung menengok keadaanku...Apalagi
memberi nafkah, salampun tidak pernah dikirimkannya kepadaku.”
Ali dab Bilal menundukan kepalanya,
nenek itu terus berbincang, "Suatu ketika Alqomah lewat didepan rumahku,
ia sekali-kali itu masuk kembali ke rumah ini semenjak punya istri,..Alqomah
membawa dua bungkusan rapi, yang sebuah diserahkan kepadaku,..alangkah
gembiranya hatiku dan lenyap semua dendanku,..sehingga bungkusan itu segera aku
buka di depan matanya, untuk membahagiakan hatinya bahwa aku sangat senang,
ternyata bungkusan itu berisi selembar kain sutra yang sangat indah, kupeluk
kain itu, kuciumi kain itu, Namun, apa yang terjadi!!! Ia mengambil kain itu
dari tanganku, seraya berkata, "Maaf Bu, saya keliru menyerahkan hadiah
untuk ibu,. kain sutra itu buat istriku...bungkusan untuk ibu adalah bungkusan
yang satu lagi"...!
Ali dan Bilal masih terus menutup
diri, nenek itu terus menampakan kehitaman wajahnya. "Aku sebetulnya cukup
kecewa. Namun, belum cukup melenyapkan kegembiraanku. Aku masih dengan suka
cita menimang-nimang bungkusan yang lain sampai Alqomah meninggalkan rumah
ini"...Sesudah itu, kubuka bungkusan tersebut,..dan alangkah sakit hatiku,
sebab hanya selembar kain bekas yang barangkali dibelinya dari tukang
loak...Masih berhakkah Alqomah menganggap dirinya sebagai anakku?"...
Kini betul-betul Ali dan Bilal
ditimpa kebimbangan, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sudah jelas,
nenek itu sakit hati yang tak tertahankan terhadap Alqomah, Masihkah ia
berkenan mengampuni anaknya!?....
Maka dengan ragu-ragu Ali
berkata,"Alqomah sedang sekarat, nek...Ia tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid,
Rasulullah memohon agar nenek mau meridhoi Alqomah, memaafkan semua
kekeliruannya..” "Tidak!" Nenek itu langsung memekik. "Alqomah
bukan anakku,...Rasulullah boleh memerintahkan apa saja kepadaku, asal jangan
menyuruhku mengampuni Alqomah, ia terlalu durhaka kepadaku, ia bukan anakku!!!
Terpaksa Ali dan Bilal pulang dengan
sia-sia, mereka menghadap Rasulullah dan menceritakan semuanya...Nabi
termenung, Alqomah masih tersiksa dalam sekaratnya. Kemudian Nabi
bersabda,"Baiklah, Ali dan Bilal...kembalilah ke nenek itu dan mintalah ia
datang kemari,...jangan katakan apa tujuannya...katakan saja, bahwa aku,
Rasulullah meminta kedatangannya."
Maka mereka membawa sebuah kendaraan
sekedup, semacam tempat duduk di punggung unta, untuk menjemput ibu
Alqomah,...Sementara itu Rasulullah memerintahkan sahabat lainnya untuk
menyusun tumpukan kayu bakar di halaman rumah Alqomah,..dan Alqomah yang makin
kepayahan dalam sekaratnya tersebut diangkat bersama pembaringannya ke dekat
unggunan kayu bakar.
Setelah Ali dan Bilal tiba kembali
dengan membawa nenek yang masih belum mengampuni dosa anaknya itu, Rasulullah
langsung menyongsong dengan penuh hormat. "Selamat datang, nenek yang
mulia.".. "Terima kasih, hai junjungan," jawab nenek dengan
bangga. Namun tiba-tiba nenek rapuh itu berubah roman mukanya, ia kelihatan
pucat pasi, lalu bertanya,”Siapakah yang tergolek di pembaringan dekat timbunan
kayu bakar itu? Dan untuk apa engkau menumpukan kayu bakar?”. Rasulullah
menjawab, "Susunan daging yang kurus kering itu adalah bekas anak nenek,
Alqomah. Ia durhaka kepada ibunya, jadi ia tersiksa dalam sekaratnya...karena
itu, daripada ia menderita berkepanjangan, lebih baik akan kubakar dalam
tumpukan kayu yang sebentar lagi akan dinyalakan.” Nenek itu makin mengertas,
putih pias sekujur kulitnya. “Benarkah ia akan dibakar?"...Rasulullah
mengangguk pasti. "Kecuali jika nenek mengampuni dosa-dosanya". "Tidak!"
jawab nenek itu. "Bakarlah dia, aku tidak akan peduli, ia bukan
anakku"!.
Nabi lantas mengisyaratkan kepada
para sahabat untuk membakar tumpukan kayu tersebut. Setelah api menjilat-jilat
ke segenap penjuru. Nabi menyuruh agar Alqomah diangkat dari pembaringannya dan
dilemparkan ke dalam api...Nenek itu terperanjat, Ia menjerit pada waktu
Alqomah sudah digotong menuju unggunan api..."Betul-betulkah kan kau bakar
dia hidup-hidup, didepanku, seorang wanita?"..Nabi kembali mengangguk.
"Bila nenek tidak mau memberi maaf”
“Tidak!..tidak!" nenek itu memekik histeris. "Lebih baik di dibakar daripada aku harus memaafkannya. Bakarlah dia, Alqomah bukan anakku!!”
“Tidak!..tidak!" nenek itu memekik histeris. "Lebih baik di dibakar daripada aku harus memaafkannya. Bakarlah dia, Alqomah bukan anakku!!”
Maka dengan serempak Alqomah
diangkat tinggi dan diayunkan hendak ketengah api...Nenek itu menjerit dan
menangis, "Ya Rasulullah, jangan bakar dia, bagaimanapun Alqomah adalah darah dagingku sendiri, biarkan aku ampuni
semua kesalahannya"..Begitu terucap oleh nenek tersebut bahwa dosa
Alqomah telah diampuni, seketika itu juga Alqomah dapat menyebut asma Allah dan
meninggal dunia dengan tenang.....Wallahualam
Sudah dibaca ? :') Bagaimana tanggapan Anda tentang kisah tersebut?
MashaAllah, Sungguh. Betapa besar rasa cinta seorang Ibu terhadap anaknya.
Walaupun dia sudah tersakiti karena anaknya, tersakiti batinnya, jiwanya, raganya karena anaknya.
Seorang Ibu tentu SELALU menginginkan kebaikan terhadap kita :')
Tak seorang pun sosok Ibu di dunia ini yang rela, yang tega melihat anaknya menderita,
Subhanalloh. Allah memang Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang :)
Semoga kisah tadi bisa kita ambil hikmahnya... Amiin,
Pergi ke bulan, Dengan kekasih.
Cukup sekian, dan Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar